Jadi, semua ini berawal dari…. Mana ya? Aku nggak tau harus
mulai dari mana―tapi―hari ini adalah hari dimana umurku bertambah satu dari 16
menjadi 17. Sebenarnya nggak terlalu spesial (secara aku lebih suka huruf 18―yang
berarti tahun depan―dan happy sweet seventeen itu sudah terlalu mainstream
untuk di sweet-sweet-kan) sisi positivenya adalah: sebentar lagi aku punya KTP,
bisa donor darah, bisa bikin paspor, bisa bikin member di atlantic jadi kalo
pinjem VCD gampang.
Hari ini memang ‘sweet’, bukan angka 17 yang menghitung
umurku, tapi hari ini ada sesuatu yang ‘sweet’ dibanding kemarin dan kemarinnya
lagi.
Pagi, tanggal 18 Januari 2013―yang kukira nggak bakal datang
karena rumor kiamat sial suku maya―di awali dengan bangun dan sholat subuh
kesiangan seperti biasa. Pagi-pagi mommy sudah gopoh ke kasur cium pipi kanan
cium pipi kiri―dan kubalas tendangan―dengan ganasnya sampai akhirnya aku bangun
lalu mandi.
Sebelum berangkat ke sekolah, aku buka twitter via handphone
dan nggak bisa nahan senyum melengkung hampir ngelihatin semua gigi berbehelku
saat lihat ucapan dari teman-teman yang kebanyakan bilang “HBD Cok”.
Demi apa…
Aku ingat, waktu aku kumpul sama teman-teman buat
ngerencanain penyiksaan Yamin aku emang sempat bilang: “Gimana kalo kuenya
ditulisi HBD cok~, kan kalo happy sweetseventeen sayangkublahblahblah udah
mainstream.”
Hasna nyahut, “nanti ae kalo kamu ulang tahun kayak gitu.”
“Beneran yo?!” Jawabku nantang, sambil ketawa-tawa.
Sesampainya di sekolah udah banyak yang sekedar ngucapin
(nggak ngasih kado, huuu), beberapa dari mereka mengucapkan dengan normal, tapi
kebanyakan ‘tidak normal’.
Misalnya aja pas aku papasan dengan Jeje dan Sem di dekat
ruang serba guna.
Jeje: “Ha Be De ya cok~”
Aku: “Heh sing nggenah ae!”
Sem: “Ha Be De cooook~~”
Aku: “Rek wes talah cukup, cukup.”
Seumur hidupku baru pertama kali aku ulang tahun dikasih
selamat ulang tahun plus dipisuhi. Ternyata guyonanku dulu beneran dikabulin. Dan
yang jelas kata-kata HBD Cok itu nggak diucapin hanya sekali, tapi
berkali-kali.
Hingga akhirnya pulang sekolah, aku sempat kehilangan jejak
Hasna, Cila, Yamin dan kawan-kawan. Kukirim SMS juga nggak dibales. Semua anak
yang tak tanyain kemana perginya Munyuk bilang: nggak tau coba sms aja.
Yo lek sms e dibales aku gak takok kon rek.
Ternyata dia menghilang karena mengambil cupcake, dan benar
saja dia balik ke sekolah sambil bawa 6 cupcake coklat dilapisi fondan hitam
putih. 2 cupcake panda, 2 cupcake bunga, 2 lilin kecil berwarna kuning (warna
kesukaanku), 1 cupcake tulisannya ‘Mutek’, 1 cupcake di tengah tulisannya ‘HBD
Cok’.
....dan ternyata beneran.
Cupcake-nya…
Mereka sambil nyanyi keras-keras di ruang kelas Mat 1, aku cuma
duduk, bingung, semoga aja nggak ada yang ngerekam ekspresiku waktu itu.
Ekspresi antara kaget, mau ketawa karena HBD Cok, seneng, atau bingung harus
ikut nyanyi dan tepuk tangan. Mungkin Yamin sempat lihat aku tepuk tangan
sambil bingung (sumpah, pasti kelihatan kayak anjing laut tepuk tangan yang di national
geographic) soalnya jujur… aku lupa kapan terakhir kali aku ulang tahun dengan
suasana seperti ini. Dinyanyiin happy birthday keras-keras, sama orang selain
kakak dan mommy.
Gemeteran, seneng lihat cupcake, ekspresi teman-teman, dua
nyala lilin yang redup, ekspresi datar Okrez yang megangin kardus cupcake. Kalau aku
nggak ketawa, pasti kalian nggak ada yang nyangka sebenarnya detik itu aku
pingin nangis. Mengingat ulang tahunku empat tahun berturut-turut ke belakang
penuh kekecewaan.
Waktu kalian bilang make a wish, aku bener-bener bingung
harus berharap apa karena saat itu aku merasa sudah punya semuanya. Apa yang
belum? Oh cita-cita. Aku berharap punya cita-cita profesi, jadi kalau ditanyain
nggak dihina-hina lagi karena selama ini aku selalu menjawab ‘jadi manten’
adalah cita-citaku.
Bahkan aku sampai nggak bisa matiin api lilin walau udah
mencoba niup berkali-kali. Kenapa ya, aku sendiri juga bingung. Haha.
Hari ini memang ‘sweet’, bukan angka 17 yang menghitung
umurku, tapi hari ini ada sesuatu yang ‘sweet’ dibanding kemarin dan kemarinnya
lagi. Sebuah, seorang, se―, se―, sembarang.
Kado paling indah yang ternyata sudah kumiliki entah sejak kapan. Bukan
cupcake, bukan dua lilin dengan nyala redup, bukan kopi dan creamer yang
disiramin ke aku, bukan.
Tapi kalian.
Kalian yang bernyanyi lagu selamat ulang tahun keras keras.
Kalian yang mengucapkan HBD cok, ataupun HBD normal.
Terima kasih.
I love you guys.
I love us
.
.
.
.
.
.
Ps: aku berusaha puitis, ojok dihujat, oke?