Anak Jaman Sekarang
Anak Jaman Sekarang--awww aku ngomong begini kaya' aku anak jaman dahulu aja deh.Well... aku bukan tipe orang yang suka nge-blog... nulis iya, nulis status line, atau nulis besarnya cintaku padamu/dor/oke lupakan. But seriously, aku hidup di jaman orang suka marah-marah. Dalam hal apapun. Segala aspek mulai politik sampe seorang artis webtun yang telat update, orang-orang selalu marah-marah dan memperdebatkannya.
Tulisan ini cuma muncul di tengah pikiran kacau karena nggak selesai-selesai ngerjain Final Project. Kalau ada yang baca ya syukurlah, kalo nggak ya nggak masalah.
Semuanya dimulai dari seorang nganggur yang nulis paragraf opini puanjang lebuar kali tuingii, dishare public, lalu banyak yang ngelike sehingga mengundang banyak orang untuk membaca. DAN mengundang orang-orang yang sama nganggurnya untuk berkomentar tidak kalah penjang dengan paragraf yang dibuat.
Kalo aku baca komentarnya... kritis. Wow. WOw. WOW. Dan komentar itu akan dibalas dengan komentar lain yang sama kritisnya. Lalu komentar yang mengomentari itu akan dibalas oleh komentar lainnya, lainnya, lainnya. Lalu mereka akan balas-balasan sampai kudanil di bonbin beranak tiga. Debat mulu, nggak ada habisnya. Sampe komennya berjumlah ratusan, dan topic starternya ngilang entah kemana. Mungkin lagi berbangga diri soalnya opininya dikomen banyak orang, atau senyum-senyum sambil ngeliatin notif hape centang centing.
Ketawa. Ya, Ketawa aja sono. HAHAHAHAHAHA.
Hebat banget sih sampe bikin masyarakat berdebat. Suka ya? Merasa famous dengan jumlah like share dan komen segitu?
Herannyam, orang-orang yang komen... Pada dasarnya emang tukang debat. TAPI LHO MAS MBAK DEK! Kamu debat di sana nggak berguna, kamu cuma menuh-menuhin satelit karena komen yang kamu post di situ digunakan untuk sesuatu yang tidak menghasilkan apa-apa. Katakanlah opini anda sangat bagus dan akhirnya anda memenangkan debat kusir itu. Apa yang anda dapatkan? Nothing.
Line/Facebook tidak pernah mengeluarkan piala virtual hanya karena anda menang debat di medsos. Yang ada anda hanya bakal jadi ketawaan orang-orang lain karena bisanya cuma bacot di medsos.
Wahai penerus bangsa ini... Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa ia tidak menyukai perdebatan. Nggak guna, buang otot. palagi debatnya di medsos. Secara nggak langsung kalian nyampah di luar angkasa lho....
Diskusilah yang sehat... jangan karena komen yang di post orang nggak bertanggung jawab, kalian jadi bermusuhan.
Debat its oke... tapi debatlah pada tempatnya. Bagi kamu-kamu yang digan debat di medsos, coba deh ikut lomba debat... siapa tau menang kalo emang pengetahuan kamu luas dan kamu bisa menyusun argumen yang kuat/bagus. Kenapa cuma bacot di tempat seperti itu? Nggak worth it, mas mbak dek... Debatlah di tempat debat. Kamu anak kuliah? Ikut diskusi terbuka. Kamu anak sekolah? Jadi ketua osis sana... ikut organisasi. Kamu orang kerjaan? Wah kalo ini aku nggak terlalu ngerti sih, soalnya belum jadi orang tua... tapi pasti ada wadah dimana kamu bisa debat selain bacot di medsos.
Kadang aku mikir... sebenarnya tujuan dibuat medsos itu untuk apa, kok setelah sekian tahun bermedsos malah jadi seperti ini :"
Apakah medsos sudah mampu menjawab kebutuhan pengguna? Atau bahkan si developer medsos udah nggak peduli lagi sama tujuan awal mereka mendevelop aplikasi tersebut, yang penting yang pake banyak... duit lancar.
Kecuali emang medsos dibangun untuk itu.... ya aku mau ngomong apa lagi.
/kembali mengerjakan final project/
No comments:
Post a Comment